Senin, 04 Oktober 2010

Tips Mengatasi Anak Susah Makan

Problema sulit makan ini dialami anak di usia balita. Umumnya mulai ditemui pada usia anak 1-4 th. Banyak hal yang menyebabkan anak susah makan. Karena bagi anak, saat makan itu bukan hanya pemenuhan gizi tetapi juga saat penuh tantangan, rasa ingin tahu, berlatih, belajar, dsb.

Berikut sekilas bahasan penyebab anak susah makan dan tips singkat mengatasinya :

1. Bosan dengan menu makan ataupun penyajian makanan.
Menu makan saat bayi (> 6 bulan) yang itu-itu saja akan membuat anak bosan dan malas makan. Belum lagi cara penyajian makanan yang campur aduk antara lauk pauk seperti makanan diblender jadi satu. Sama halnya orang dewasa, kalau kita makan dengan menu yg sama tiap hari dan disajikan campur aduk, pasti akan malas makan. Begitu juga pengenalan makanan kasar.

Tips : Tentu saja variasikan menu makan anak. Jika perlu buat menu makan anak minimal selama 1 minggu untuk mempermudah ibu mengatur variasi makanan. Jadi tergantung pandai-pandainyanya ibu memberikan makanan bervariasi. Seperti kalau anak tidak mau nasi, bisa diganti roti, makaroni, pasta, bakmi, dsb. Penyajian makanan yang menarik juga penting sekali. Jangan campur adukkan makanan. Pisahkan nasi dengan lauk pauknya. Hias dengan aneka warna dan bentuk. Jika perlu cetak makanan dengan cetakan kue yamg lucu.

2. Memakan cemilan padat kalori menjelang jam makan, sehingga anak tidak merasa lapar.
Seperti permen, minuman ringan, coklat, hingga snack ber-MSG, dsb. Akibatnya ketika jam makan tiba anak sudah kekenyangan.

Tips : Atur makanan selingan atau cemilan jauh sebelum waktu makan tiba. Beri juga cemilan yang sehat spt potongan buah, sayur kukus, keju, yoghurt, es krim, cake buatan ibu, dsb.

3. Minum susu terlalu banyak
Susu di banyak keluarga dianggap sebagai makanan "dewa" yang bisa menggantikan makanan utama seperti nasi, sayur dan lauk pauknya Orangtua cenderung kurang sabar memberikan makanan kasar. Atau orang tua sering takut anaknya kelaparan, sehingga makanan diganti dengan susu.. Akhirnya, daripada perut si anak tidak kemasukan makanan, diberikan saja susu berlebihan. Padahal setelah anak berusia 1 tahun, kehadiran susu dalam menu sehari-hari bukanlah hal wajib. Secara gizi, susu hanya untuk memenuhi kebutuhan kalsium dan fosfor saja. Kan kalsium dan fosfor ini dengan mudah kita dapatkan dalam ikan-ikanan, sayur dan buah.

Tips : Kurangi susu! Di atas usia 1 tahun kebutuhan susu hanya 2 gelas sehari. Mulailah melatih anak dengan berbagai jenis makanan. Ubah pola pikir orangtua.

4. Terpengaruh kebiasaan orang tuanya.

Anak suka meniru apa yang dilakukan oleh anggota keluarga lainnya, terutama orang tuanya. Banyak perilaku yang dilakukan ortunya mempengaruhi perilaku makan anak. Misalnya, anak yang tumbuh dalam lingkungan keluarga yang malas makan (diet), akan mengembangkan perilaku malas makan juga. Perilaku lainnya, sering kita jumpai
orang tua masih menyuapi anak yang sudah kelas V SD. Akibatnya anak tidak terlatih untuk bisa makan sendiri. Perilaku makan yang kurang pas juga seperti kebiasaan orang tua ketika menenangkan anak yang sedang rewel dengan cara membelikan jajanan yang padat kalori (permen, minuman ringan, coklat, dsb). Akibatnya anak kekenyangan dan malas makan.

Tips :
Perhatikan dan ubah kebiasaan dan perilaku orang tua kapanpun, termasuk perilaku makan. Ingat, anak merekam, belajar dan menerapkan semua hal yang ia dapat dari lingkungan sekitarnya, terutama orang tuanya. Biarkan anak mencoba memakan makanan sendiri sejak dini, tanpa disuapi. Tidak perlu takut berantakan. Feeding is about learning.


5. Munculnya sikap negativistik รจ fase normal yang dilewati tiap anak.

Pada usia >2 tahun, anak sering membangkang atau tidak mau patuh. Saat makan tiba, anak terkadang bilang "nggak mau", makanannya suka dilepeh atau dilempar, dsb. Ini disebut sikap negativistik. Sikap negativistik merupakan fase normal yang dilalui tiap anak usia balita. Sikap ini juga suatu bagian dari tahapan perkembangannya untuk menunjukkan keinginan untuk "independen". Jadi batita umumnya ditandai dengan "AKU", artinya segala sesuatunya harus berasal dari AKU bukan dari orang lain; intinya "power".
Nah banyak ortu yang tidak memahami hal ini, sehingga lantaran khawatir gizi anak tidak terpenuhi, orang tua biasanya makin keras memaksa anaknya makan. Ada orang tua yang mengancam anaknya bahkan memukul. Cara-cara tersebut harus dihindari.

Jika anak pada usia ini dipaksa, justru akan makin melawan (sebagai wujud negativistiknya). Realisasinya apalagi kalau bukan penolakan terhadap makanan. Bisa dimaklumi kalau ada orang yang sampai dewasa ogah makan nasi atau sama sekali tak menyentuh daging. Bisa jadi sewaktu masih kecil yang bersangkutan sempat mengalami
trauma akibat perlakuan orang tuanya yang selalu memberinya makan secara paksa.

Tips : Pahami kondisi anak dengan baik. Jadilah orang tua yang otoritatif. Artinya bersikap tidak memaksa, tetapi juga tidak membiarkan begitu saja. Bina komunikasi yang baik dengan anak. Bersabarlah menghadapi anak. Rumah adalah "madrasah" pertama dan utama bagi anak.

5. Anak sedang sakit/sedih
Anak tidak mau makan dapat juga disebabkan karena anak sedang sakit atau sedang sedih. Kalau semula anak terlihat aktif, riang dan "cerewet", maka di kala sakit ia lebih suka diam dan terlihat malas-malasan.

Tips : Kembali pada konsep bina komunikasi yg baik. Jangan paksakan anak kalau tidak mau makan. Beri makanan ringan yang padat kalori, seperti makaroni skutel, dsb.

Yang jelas dan perlu diingat oleh tiap orang tua adalah : seberapapun anak tidak mau atau susah makan, ia tidak akan membiarkan dirinya kelaparan! Selama mentalnya sehat. Artinya, begitu ia kelaparan, maka ia akan makan.
Tetap kreatif mengolah dan menyajikan makanan, bina komunikasi yang baik, terus belajar menjadi ortu dan memahami kondisi anak, dan bersabar.

source:http://www.isisurakartablog.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar